by ICHA
Beberapa kali bepergian ke area Eropa saya mendapati aneka gaya para kriminal beraksi, dengan sasaran para turis yang terlalu bahagia sehingga lengah dan tidak hati-hati.
Berikut beberapa kejadian yang pernah dialami teman-teman saya saat berkunjung ke benua biru.
I. Uang ASPAL
Lokasi : Oldtown Praha, Eropa Timur
Modus : Menyasar turis yang tidak tahu bentuk uang CZK
Saat berbelanja di sekitaran Oldtown dan kehabisan uang cash, saya hendak menukar Euro dengan CZK. Di depan money changer yang banyak bertebaran di area oldtown, seorang laki-laki ganteng menyapa saya dan menawarkan tukar uang padanya dengan kurs yang “lebih tinggi” daripada di money changer. Dia mengeluarkan kalkulator dan menunjukkan angka yang “okelah yaw”.
Saya serahkan €50 saya, dia berikan lembaran uang banyak sekali, tapi hanya 2 lembar yang beneran uang CZK.
Saya sudah pernah tukar uang di hotel jadi saya tahu kalau uang CZK enggak kayak gitu.
Saya bilang, mau uang CZK saja, sambil menunjukkan lembaran uang CZK yang dia berikan.
Dia bilang, itu uang keluaran baru, yang lainnya uang CZK lama.
Saya sebal,
“Give me back my euro”, saya marah.
Untung di kembalikan.
Lalu saya mendatangi money changer dan menukar uang.
Saya cerita sama kasirnya.
Dia bilang itu penipuan gaya lama. Uang yang diberikan adalah uang asli tapi jaman negara itu masih dalam bentuk kesatuan. Jadi sekarang udah nggak laku.
FYI di area itu polisinya banyak. Tetapi kalau dilaporin susah, tidak ada bukti. Karena tukar menukar biasa tanpa catatan.
Tips :
Sebelum berangkat ke negeri orang, gogling dulu mata uangnya seperti apa. Tukar di money changer Indonesia kalau ada.
Paling simple pakai kartu kredit, tapi kadang kursnya ngeri.
Pakai kartu debet sama.
Ambil di ATM juga bagus, walau ada biaya dan kadang ATM suka menolak ( Kenapa ? Banyak sih alasannya dan penjelasannya panjang ).
Jadi paling enak sih bawa dari Indonesia dan simpan baik-baik di tempat aman.
II. Penjambret Tas
Lokasi : Arch du Triomphe, Paris
Modus : Menyasar turis yang membawa tasnya dalam posisi mudah direbut atau dalam posisi tidak siap/sedang melakukan aktivitas lain.
Kawan saya sedang turun bus dengan membawa tas kecil yang dipegang di depan perut dengan satu tangan, lalu tangan yang lain memegang hanphone ( sedang baca pesan ). Tiba-tiba di depannya ada anak perempuan berwajah gypsi berbadan ceking menarik tasnya dengan posisi siap lari.
Kawan saya gelagapan, tapi sempat memukul tangan anak itu.
Untungnya tas kecil itu ternyata punya tali panjang yang dicantolkan ke bahu ( karena ketutupan jaket, jadi tali selempangnya ngga keliatan, nah si gypsi ngga lihat, main tarik saja ).
Anak itu lari.
Saat hendak kembali ke bus, saya melihat lagi anak ini lari sambil membawa semacam dompet besar warna biru, dikejar 2 turis remaja yang teriak-teriak. Kalau melihat gaya larinya, sepertinya dia tidak akan tertangkap.
Astaga!
Tips :
- Pakailah tas yang tidak terlalu besar juga tidak terlalu kecil. Ber zipper. Berselempang. Letakkan di depan badan.
- Punya banyak kompartemen lebih baik.
- Jaga tas kita masing-masing.
- Enggak usah main titip ke orang.
- Kalau mau foto, jangan taruh sembarangan.
- Paspor dan uang besar bagus juga kalau disimpan di tempat lain.
- Siapkan uang di dompet untuk belanja hari itu dan kartu kredit atau debet untuk cadangan.
- Tas kecil.
- Tas punggung yang di taruh di belakang,
- Tas branded,
- Rawan sasaran.
- Maklum di Eropa, copetnya sadar merek .
III. Pengincar Kelengahan nan Ganteng
Lokasi : Place du Trocadero
Modus : Menyasar kelengahan turis secara beregu
Kami ber 7 nekat pingin foto di Eiffel saat cahaya keemasan menyelimuti menara cantik itu. Karena cuaca dingin dan cukup berangin, malam itu tidak terlalu ramai. Kami taruh tas-tas kami di kaki seorang teman yang asik memotret Eiffel, sedang kami berpencar di sekitar sambil swa foto aneka gaya.
Tidak berapa lama tiba-tiba muncul 4 mas mas ganteng ala Eropa Timur berjas rapi, bercambang dan mengitari area tempat tas kami sambil kayak kode kode an gitu.
Teman saya yang “kaki nya” dititipi tas langsung teriak-teriak,
“Tuyul-tuyul !”
Kode untuk penjahat bule.
Kami langsung berebutan ambil tas masing-masing. Memeluk erat sambil siaga ngeliatin gaya mereka ber 4.
Nggak lama mereka menjauh dan menuju ke arah 3 turis chinnese yang sedang riuh pepotoan.
Saya hanya bisa mendoakan supaya mereka aman.
Kami ber 7, tetapi 4 mas ganteng itu badannya gede-gede. Kalau rebutan tas, kalah deh. Apalagi 3 turis cewek itu.
Hiiii, syerem.
Tips :
Selalu tempatkan tas menempel di badan masing-masing.
Tas yang ditaruh sembarangan mengundang kesempatan kecurian.
IV. Waspadalah Pada Pria dan Wanita Penenteng Jaket.
Lokasi : Oldtown Luzern
Modus : mencuri tas dengan menyampirkan jaket di atasnya.
Teman saya makan di Mc. Donalds. Saat membayar mengeluarkan dompet yang penuh uang. Nah disinilah dia jadi sasaran, karena uang di dompetnya dilirik orang.
Duduk dan makan, dia meletakkan tasnya di SAMPING paha. Tak lama sepasang turis chinnese yang berdandan keren duduk di sebelahnya. Teman saya selesai makan dan ngobrol dengan teman lain didepannya sambil mainan handphone.
Turis chinnese selesai makan dan berdiri pergi. Wanitanya keluar dari kursi sambil menyampirkan jaket di tangannya. Jaket melambai melewati tas ransel prada mini teman saya, dan wuuutttt…sekalian di angkat tas itu dengan halus dan mulus.
Teman saya sadar, saat jaket melayang melewati tasnya. Tapi anehnya sepersekian menit dia seperti orang gagu ngga bisa apa-apa. Saat sadar tas sudah hilang terbawa jaket turis chinnese perempuan tadi. Dikejar keluar mereka seolah hilang tertelan gerombolan turis yang bertebaran di Luzern.
Tips :
Sama kayak tips di atas. Tas sebaiknya MENEMPEL pada badan. Dipangku lah. Kalau tas besar gimana?
Yah jangan besar-besar dong .
V. Tamu Hotel Abal-abal
Lokasi : Area breakfast hotel terkenal di Amsterdam
Modus : Maling menyaru sebagai tamu dan mengincar hand bag yang di letakkan sembarang di meja breakfast
Kami makan pagi di hotel besar di Amsterdam. Karena berangkat berombongan, jadi kami makan dalam satu area. Tiba-tiba ada laki-laki pendek gempal menenteng jaket lewat diantara 4 meja yang kami tempati.
Sambil lewat dia sekalian menyampirkan jaketnya pada kursi dimana salah seorang teman MELETAKKAN TAS DI SANDARAN KURSI. Maksud hati tas itu ditempel di antara punggung kursi dan punggungnya. Tapi karena posisi duduk agak maju, menciptakan celah yang membuat tas itu justru mudah diambil.
Kami semua ber 12 seolah tersihir, walau saya sempat mengamati ke anehan orang ini. Jalan lain lebih longgar ngapain dia nyesek-nyesek lewat meja kami?
Nggak lama salah seorang teman teriak,
“Copet-copet” sambil melotot ke arah orang itu.
Hal itu membuat pemilik tas sadar dan menarik tali tasnya. Sempat terjadi tarik-tarikan. Sampai akhirnya si maling melepaskan tali dengan tenang sambil bilang,
“Sorry”, dan tersenyum lembut lalu kabur entah kemana.
Sama seperti cerita sebelumnya, semua orang sepersekian detik menjadi gagu, mungkin shock.
Saat hal ini dilaporkan pada pihak hotel, jejak mereka sudah hilang tak berbekas.
FYI, saat kita mau masuk ke ruang makan itu, dimintai coupon breakfast satu-satu lho. Tetep saja kan maling bisa masuk.
Tips :
Kalau melihat modusnya, dua terakhir lebih soft dan rasanya memakai hipnotis ya. CCTV hotel bisa diminta, asal ada laporan polisi.
Ribet.
Hotel biasanya juga ngga mau ikut campur.
Jadi tindakan preventif apapun perlu dilakukan untuk mencegah kejadian sejenis.
Tas menempel pada badan di bagian depan atau dipangku atau diletakkan di depan kita saat makan sudah yang terbaik dan paling simple. Jangan tinggalkan tas, handphone maupun kunci kamar saat ambil makanan di meja prasmanan.
COPYRIGHT: sumber disadur dari mbak ICHA, FB Backpackers International